Selasa, 28 Januari 2020

Mistis Gunung Lawu



jatimnow.com - Sebuah tread cerita horor diposting Wahyu, seorang pendaki Gunung Lawu melalui akun Twitternya. Dalam thread horornya itu, ia menceritakan kisah mistisnya saat mendaki bersama dua temannya, Dipta dan Windi.
Thread horor itu diposting Wahyu pada Kamis (5/12/2019) malam atau malam Jumat dalam dua bagian. Thread itu ia beri judul Pengalaman Mistis Gunung Lawu Part 1 dan 2.
"Sedikit cerita tentang pengalaman mistis ketika mendaki Gunung Lawu. Waktu itu kami mendaki tiga orang, saya, Dipta dan Windi. Saya berangkat dengan Windi dari Jogja dan janjian bertemu dengan Dipta di Basecamp Cemoro Sewu," tulis Wahyu memulai thread horornya.
Wahyu menambahkan, kebetulan saat itu Dipta sedang di Ngawi dan berangkat dari rumah, ketimbang harus bolak balik ke Jogja (Yogyakarta). Awalnya, mereka bertiga berencana berangkat 6 orang, tapi 3 orang memberi kabar tidak bisa ikut pada H-2 keberangkatan.
"Seperti pendakian yang biasanya, kami berencana istirahat di basecamp semalam dan besok paginya mulai mendaki. Saya dan Windi sampai di Basecamp Cemoro Sewu pukul 19.00 Wib dan ternyata Dipta sudah menunggu di masjid depan basecamp," sambung Wahyu.
Malam itu udara terasa dingin seperti biasanya, setelah makan dan sedikit ngobrol dengan teman-temaan pendaki lain. Api unggun yang menyala mengantar mereka beristirahat.
"Paginya kita memulai pendakian, di Gunung Lawu cukup banyak pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh para pendaki. Seperti memakai baju hijau, tidak boleh mengganggu Jalak Lawu dan lain-lain (15 poin kalau gak salah)," jelas Wahyu.
Trek Cemoro Sewu ini tergolong trek paling dekat sekitar 8 kilometer (km). Trek rata-rata bebatuan yang telah ditata rapi. Waktu di perjalanan menuju pos 4, ketiganya bertemu dengan seorang bapak yang melakukan solo hiking (mendaki sendiri). Bapak itu berasal dari Surabaya.
Bapak itu juga mengaku bekerja di salah satu perusahaan kontraktor. Menurut Wahyu, ada yang sedikit aneh dengan bapak itu, lantara bapak itu hanya membawa day pack kecil.
"Bapak ini orangnya sangat mudah berbaur dengan orang lain dan langsung bisa akrab dengan kami bertiga," tutur Wahyu.
Perjalanan mereka bertiga menjadi lebih menyenangkan karena bapak tersebut selalu bisa membuat tertawa dengan pengalaman-pengalamnnya yang sangat lucu. Di tengah perjalanan, Wahyu penasaran dengan barang apa yang dibawa bapak tersebut. Ternyata isinya hanya air mineral dan kemenyan.
"Loh engga bawa sleeping bag pak?" tanya Wahyu penasaran.
"Enggak mas, saya nginep di warung dekat Hargo Dalem. Di sana saya biasa pinjam sleeping bag. Saya sebulan sekali sowan (berkunjung) ke sini mas, jadi sudah biasa," jawab Bapak itu.
Memang, di Gunung Lawu sangat banyak orang seperti bapak itu. Sebab di Gunung Lawu terdapat sebuah makam di dalam bangunan yang bernama Hargo Dalem. Jika ingin melihat orang melakukan tirakat di sana, biasanya pada malam satu suro. Beberapa bahkan ada yang membawa kambing ke atas.
Pukul 17.00 Wib, mereka bertiga akhirnya sampai di camp terakhir. Di sana terdapat warung Mbok Yem yang terkenal dengan sebutan warung tertinggi di Pulau Jawa. Ketika itu, mereka bertiga beristirahat sebentar di dekat warung Mbok Yem dan berencana mendirikan tenda.
"Bapak itu berpamitan sebentar kepada kami, katanya dia mau sowan dulu di Hargo Dalem," sambung Wahyu.
Gunung Lawu terkenal dengan hawanya yang sangat dingin. Dari situ, Wahyu mempunyai ide untuk nge-camp di dalam sebuah gubuk yang beratap seng, dekat Hargo Dalem dan berharap meminimalisir dinginnya Gunung Lawu.
"Buk, niki nopo saget camp teng bangunan niku? (Bu, apa bisa nge-camp di bangunan itu)," tanya Wahyu kepada penjaga warung Mbok Yem.
"Oalah saget mas, camp teng mriku mawon (Bisa mas, nge-camp di situ saja)," timpal penjaga warung itu.
Tanpa pikir panjang, Wahyu dan Windi langsung mendirikan tenda. Waktu itu Dipta sangat kelelahan dan tidak ikut mendirikannya. Ada beberapa bangunan yang beratap seng di sana, dan mereka memilih bangunan sebelah kiri. Karena di bagian kanan, pada pintu terdapat gambar setan.
"Dengan beralas tanah dan beberapa jerami, kami membuka tenda dari dalam tas carrier," ucap Wahyu.
Mulai dari sini, kejanggalan demi kejanggalan mulai muncul.

pendaki cantik

Mendaki gunung itu bukan sebatas bagaimana perjuangan kita untuk mencapai puncak. Naik gunung itu juga bukan semata perkara menikmati sunrise dan sunset, cekrak-cekrek foto untuk kebutuhan narsis di Intagram. Ada sensasi dan kepuasan lebih yang tak bisa dinilai apapun, termasuk ketika para pendaki gunung cantik ini bisa menaklukkan beberapa puncak gunung di Indonesia.

Kekuatan tenaga pria dan wanita mungkin berbeda. Jelas enggak mudah bagi para pendaki gunung cantik ini mengatur napas sambil memikul beratnya carrier sampai ke puncak gunung.
Belum lagi kemungkinan cedera atau gosongnya kulit dan tubuh mereka. Faktanya, wanita-wanita super ini mampu buktikan perjuangan mereka dalam mendaki sederet puncak gunung tertinggi di Bumi Pertiwi.

Kita lihat yuk foto-foto dan luapan ekspresi 7 pendaki gunung cantik ini saat menggapai puncak gunung Rinjani, Semeru, dan lainnya.  



Salah satu pendaki gunung cantik yang menyita perhatian adalah Fidella Yovita Mega. Pasangan dari Muhammad Jaelani ini pernah mendaki gunung-gunung yang lumayan tinggi di Jawa Barat seperti Gunung Cikuray (2821 mdpl), Gunung Papandayan (2665 mdpl) Gunung Gede (2958 mdpl) dan Gunung Ciremay (3078 mdpl).

Bukti kecintaannya terhadap alam juga ia lakukan dengan menaklukkan Merapi (2930 mdpl) dan Gunung Merbabu (3142 mdpl) di Jawa Tengah. Pendakian Fidella semakin naik kelas dengan berhasil ke puncak Gunung Semeru (3676 mdpl) di Jawa Timur.

Dalam sebuah postingannya di Instagram, ia pun berujar tentang definisinya dalam mendaki gunung.

"Mendaki bukanlah soal menaklukkan sebuah gunung, namun tentang menaklukan ego dan emosi yang ada dalam diri sendiri."

Pendaki gunung cantik ini memulai postingan di Instagram sejak 26 Oktober 2012. Sampai berita ini diturunkan, Fidella telah memiliki 1.088 jumlah pengikut. Wanita yang meraih titel S.Kom pada tahun 2016 ini juga pernah curhat seputar pengalamannya naik gunung. 

"Dulu pertama kali naik cikuray hasilnya kapok! 😢 janji gak mau naik gunung lagi yang treknya dengkul ketemu dada .. gak lama kemudian malah naik gede dibumbuin badai, kapok sih 😢 .. malah naik ciremai 😂 abis dari ciremai kapok juga gak mau naik gunung lagi malah ketemu merbabu 😅😅 welehh .."

Wanita yang pernah bertandang ke Pulau Harapan ini juga meluapkan perasaannya soal sulit dan letihnya naik gunung. Ia harus melawan panas, dingin, badan dekil dan kumal. Namun, ia mengaku enggak pernah kapok kalau harus mendaki gunung yang lebih tinggi lagi.